Kisah Sukses Budidaya Kroto Kelompok Usaha Produktif Bangkit Lagi di Bangka - Kelompok Usaha Produktif Bangkit Lagi beralamat di Jl. Gotong Royong RT.03, Desa Pasir Garam, Kecamatan Simpang Katis, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung merupakan kelompok yang bisa dijadikan contoh yang inspiratif. Bagaimana tidak, setelah sekian lama melakukan usaha budidaya bermacam-macam jenis, akhirnya mereka jatuh cinta pada budidaya kroto.
Setelah sekian lama mereka geluti, budidaya kroto mulai menampakkan hasilnya. Berawal dari ide kreatif sang ketua kelompok, KUP ini mulai bangkit lagi. Berikut ini ulasanya yang dikutip dari http://bp2sdmk.dephut.go.id/
Dimotori oleh Lukas Dedi (39 tahun) yang sekaligus sebagai ketua Kelompok Tani ‘Bangkit Lagi’, para anggota dikumpulkan dan diajak kembali memulai usaha yang baru, yaitu sebagai pengumpul dan penyedia kroto/ telur semut rangrang (Oecophylla samaragdina). Usaha ini dipilih mengingat saat ini semakin banyak penghobi dan penangkar burung kicauan di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Kondisi ini berakibat meningkatnya kebutuhan kroto sebagai pakan burung, sehingga harganya melonjak mencapai Rp. 120.000/kilogram di tingkat tengkulak.
Untuk memperoleh kroto, anggota kelompok ini pergi berburu di hutan mencari sarang-sarang semut rangrang. Tak jarang mereka harus menebang pohon ketika sarang-sarang semut yang ditemukan berada pada tajuk tanaman yang tinggi.
Menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani yang didirikan pada tahun 2011 ini lambat laun mengakibatkan kerusakan hutan, maka disepakati untuk merintis dan melakukan budidaya semut rangrang. Dengan modal kesabaran dan ketekunan, para anggota kelompok tani yang berjumlah 15 orang ini, mulai melakukan pengamatan jenis, perilaku, kebiasaan dan pakan dari semut rangrang. Berdasarkan jenisnya, semut rangrang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu semut pekerja, semut tentara dan semut ratu. Semut pekerja bertugas membuat sarang dan mencari makan bagi semut ratu. Sedang semut tentara bertugas menjaga sarang dan semut ratu dari gangguan binatang yang lain. Sementara itu, semut ratu menghabiskan waktunya tinggal didalam sarang dan bertelur.
Berdasarkan pengamatan perilakunya, semut rangrang termasuk binatang malam. Binatang ini memiliki mobilitas tinggi, lebih agresif dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari mereka lebih banyak tinggal di dalam dan sekitar sarang. Sementara itu tempat favorit semut rangrang membuat sarang adalah di tajuk pohon leban dan akasia. Pohon leban adalah jenis pohon lokal di Bangka Belitung, yang memiliki daun tebal dan kuat. Sarang-sarang yang ditemukan di pohon leban dapat dipastikan memiliki ukuran lebih besar, populasi semut dan jumlah telur lebih banyak, apabila dibandingkan dengan sarang yang ditemukan pada pohon yang lain. Fakta lain bahwa semut rangrang biasa membuat sarang pada pohon yang berada dekat dengan tumpukan sampah/ serasah. Semut biasa mencari makanan dari tumpukan sampah/ serasah tersebut.
Setelah menghabiskan waktu selama 3 bulan melakukan pengamatan, maka pada tahun 2013 kelompok tani ‘Bangkit Lagi’ semakin mantab melakukan budidaya semut rangrang. Dengan memanfaatkan bangunan bekas budidaya jamur tiram, seluruh anggota kelompok tani mulai beraktifitas kapan saja sesuai kesepakatan bersama. Di tempat itu mereka mengumpulkan dan menyiapkan botol bekas air mineral untuk membuat sarang semut rangrang modifikasi. Mereka juga membuat rak-rak kayu untuk menyusun botol-botol tersebut. Rak dibuat dalam empat tingkat, masing-masing tingkat mampu menampung 216 buah botol bekas air mineral ukuran 600 ml. Sehingga total botol bekas dalam satu rak adalah 864 buah. Rak kemudian ditaruh berjejer sejajar dan masing-masing kaki rak berada dalam air kolam dangkal yang sengaja dibangun untuk mengisolasi semut agar tidak keluar kandang.
Dengan telah dibuatkannya kandang budidaya ini, setiap kali memperoleh sarang semut rangrang di alam tidak langsung diambil krotonya dan dijual. Akan tetapi sarang berikut semut (pekerja, tentara dan ratu) dan krotonya ditaruh di atas tumpukan botol-botol air mineral. Secara perlahan semut-semut tersebut akan mencari dan memilih botol yang disukai, dijadikan sarang bagi semut ratu untuk bertelur. Masing-masing tingkatan dalam rak ditempatkan 2-3 sarang semut dari alam.
Semut rangrang memiliki fase bertelur setiap 21 hari sekali. Untuk menjaga produktifitas dari semut ratu maka faktor makanan perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu kelompok tani ini sudah berhasil meramu makanan sendiri dengan komposisi tertentu dan dalam bentuk cairan. Makanan tersebut diberikan pada malam hari, dituang dalam wadah plastik yang dangkal, sehingga semut-semut dapat dengan mudah untuk menjangkaunya.
Kini semut-semut ratu yang diperoleh dari alam sudah mulai berproduksi. Dalam tiap botol yang dijadikan sarang, dapat dihasilkan lebih kurang 5 gram kroto. Harapan untuk mendapatkan penghasilan dari budidaya semut rangrang sudah berada di depan mata. Akan tetapi para anggota kelompok tidak lantas senang dan berpangku tangan. Mereka terus mencari informasi pendukung baik melalui buku-buku bacaan dan internet dengan pendampingan dari Anawawi, S.Hut, koordinator Penyuluh Kehutanan Kecamatan Simpang Katis.
Atas kepeduliannya dalam menjaga kelestarian hutan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan, Kementerian Kehutanan memberikan paket kegiatan Kelompok Usahatani Produktif (KUP) kepada Kelompok Tani ‘Bangkit Lagi’. Paket kegiatan tersebut disalurkan melalui Dana Dekonsentrasi Provinsi Bangka Belitung Tahun 2013. Semoga melalui dana stimulan semacam ini dapat membantu kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang berada di sekitar hutan. Sehingga mereka memiliki kepedulian untuk berpartisipasi menjaga dan melestarikan hutan.
Dari kutipan di atas, dapat kita simpulkan bahwa:
Setelah sekian lama mereka geluti, budidaya kroto mulai menampakkan hasilnya. Berawal dari ide kreatif sang ketua kelompok, KUP ini mulai bangkit lagi. Berikut ini ulasanya yang dikutip dari http://bp2sdmk.dephut.go.id/
Dimotori oleh Lukas Dedi (39 tahun) yang sekaligus sebagai ketua Kelompok Tani ‘Bangkit Lagi’, para anggota dikumpulkan dan diajak kembali memulai usaha yang baru, yaitu sebagai pengumpul dan penyedia kroto/ telur semut rangrang (Oecophylla samaragdina). Usaha ini dipilih mengingat saat ini semakin banyak penghobi dan penangkar burung kicauan di Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Kondisi ini berakibat meningkatnya kebutuhan kroto sebagai pakan burung, sehingga harganya melonjak mencapai Rp. 120.000/kilogram di tingkat tengkulak.
Untuk memperoleh kroto, anggota kelompok ini pergi berburu di hutan mencari sarang-sarang semut rangrang. Tak jarang mereka harus menebang pohon ketika sarang-sarang semut yang ditemukan berada pada tajuk tanaman yang tinggi.
Menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani yang didirikan pada tahun 2011 ini lambat laun mengakibatkan kerusakan hutan, maka disepakati untuk merintis dan melakukan budidaya semut rangrang. Dengan modal kesabaran dan ketekunan, para anggota kelompok tani yang berjumlah 15 orang ini, mulai melakukan pengamatan jenis, perilaku, kebiasaan dan pakan dari semut rangrang. Berdasarkan jenisnya, semut rangrang dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu semut pekerja, semut tentara dan semut ratu. Semut pekerja bertugas membuat sarang dan mencari makan bagi semut ratu. Sedang semut tentara bertugas menjaga sarang dan semut ratu dari gangguan binatang yang lain. Sementara itu, semut ratu menghabiskan waktunya tinggal didalam sarang dan bertelur.
Berdasarkan pengamatan perilakunya, semut rangrang termasuk binatang malam. Binatang ini memiliki mobilitas tinggi, lebih agresif dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari mereka lebih banyak tinggal di dalam dan sekitar sarang. Sementara itu tempat favorit semut rangrang membuat sarang adalah di tajuk pohon leban dan akasia. Pohon leban adalah jenis pohon lokal di Bangka Belitung, yang memiliki daun tebal dan kuat. Sarang-sarang yang ditemukan di pohon leban dapat dipastikan memiliki ukuran lebih besar, populasi semut dan jumlah telur lebih banyak, apabila dibandingkan dengan sarang yang ditemukan pada pohon yang lain. Fakta lain bahwa semut rangrang biasa membuat sarang pada pohon yang berada dekat dengan tumpukan sampah/ serasah. Semut biasa mencari makanan dari tumpukan sampah/ serasah tersebut.
Setelah menghabiskan waktu selama 3 bulan melakukan pengamatan, maka pada tahun 2013 kelompok tani ‘Bangkit Lagi’ semakin mantab melakukan budidaya semut rangrang. Dengan memanfaatkan bangunan bekas budidaya jamur tiram, seluruh anggota kelompok tani mulai beraktifitas kapan saja sesuai kesepakatan bersama. Di tempat itu mereka mengumpulkan dan menyiapkan botol bekas air mineral untuk membuat sarang semut rangrang modifikasi. Mereka juga membuat rak-rak kayu untuk menyusun botol-botol tersebut. Rak dibuat dalam empat tingkat, masing-masing tingkat mampu menampung 216 buah botol bekas air mineral ukuran 600 ml. Sehingga total botol bekas dalam satu rak adalah 864 buah. Rak kemudian ditaruh berjejer sejajar dan masing-masing kaki rak berada dalam air kolam dangkal yang sengaja dibangun untuk mengisolasi semut agar tidak keluar kandang.
Dengan telah dibuatkannya kandang budidaya ini, setiap kali memperoleh sarang semut rangrang di alam tidak langsung diambil krotonya dan dijual. Akan tetapi sarang berikut semut (pekerja, tentara dan ratu) dan krotonya ditaruh di atas tumpukan botol-botol air mineral. Secara perlahan semut-semut tersebut akan mencari dan memilih botol yang disukai, dijadikan sarang bagi semut ratu untuk bertelur. Masing-masing tingkatan dalam rak ditempatkan 2-3 sarang semut dari alam.
Semut rangrang memiliki fase bertelur setiap 21 hari sekali. Untuk menjaga produktifitas dari semut ratu maka faktor makanan perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu kelompok tani ini sudah berhasil meramu makanan sendiri dengan komposisi tertentu dan dalam bentuk cairan. Makanan tersebut diberikan pada malam hari, dituang dalam wadah plastik yang dangkal, sehingga semut-semut dapat dengan mudah untuk menjangkaunya.
Kini semut-semut ratu yang diperoleh dari alam sudah mulai berproduksi. Dalam tiap botol yang dijadikan sarang, dapat dihasilkan lebih kurang 5 gram kroto. Harapan untuk mendapatkan penghasilan dari budidaya semut rangrang sudah berada di depan mata. Akan tetapi para anggota kelompok tidak lantas senang dan berpangku tangan. Mereka terus mencari informasi pendukung baik melalui buku-buku bacaan dan internet dengan pendampingan dari Anawawi, S.Hut, koordinator Penyuluh Kehutanan Kecamatan Simpang Katis.
Atas kepeduliannya dalam menjaga kelestarian hutan, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan, Kementerian Kehutanan memberikan paket kegiatan Kelompok Usahatani Produktif (KUP) kepada Kelompok Tani ‘Bangkit Lagi’. Paket kegiatan tersebut disalurkan melalui Dana Dekonsentrasi Provinsi Bangka Belitung Tahun 2013. Semoga melalui dana stimulan semacam ini dapat membantu kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang berada di sekitar hutan. Sehingga mereka memiliki kepedulian untuk berpartisipasi menjaga dan melestarikan hutan.
Dari kutipan di atas, dapat kita simpulkan bahwa:
- Budidaya kroto bisa dilakukan dengan sistem modern menggunakan botol bekas air mineral atau toples bekas.
- Keberhasilan budidaya kroto tidak lepas dari usaha dan kerja keras dalam waktu yang lama dengan mempelajari segala sesuatunya dengan teliti.
- Bahwa ilmu atau trk atau teknik atau cara budidaya kroto masing-masing orang atau kelompok berbeda-beda, tergantung pengalaman mereka masing-masing.
- Semua ini hendaknya menjadi pelajaran dan pengalaman berharga bagi kita yang ingin mengikuti jejak KUP Bangkit Lagi beternak semut rangrang.
Dan satu hal yang sangat penting dan menggembirakan, bahwa pemerintah akhirnya mau menyentuh juga dengan memberikan bantuan permodalan dan bimbingannya.
Jangan lupa baca juga: Benarkah Bisnis Kroto Memiliki Prospek Cerah Sekarang ini?
Jangan lupa baca juga: Benarkah Bisnis Kroto Memiliki Prospek Cerah Sekarang ini?
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan Anda, mari saling berbagi informasi, pengalaman, dan ilmu yang bermanfaat demi kesuksesan kita bersama dalam budidaya kroto. Silahkan berkomentar