Jenis Burung yang Terancam Punah dan Anis Punggung Merah Penemuan Baru di Buton - Hasil pengamatan Tim Survey Operation Wallacea, berdasarkan kategori IUCN terdapat 5 jenis burung terancam punah (threatened) dan 13 jenis burung hampir terancam punah (near-threatened). Dari seluruh jenis tersebut, salah satu yang menarik perhatian pengamat burung adalah maleo senkawor (Macrocephalon maleo). Burung ini hidup di SM Buton Utara dan memiliki beberapa keunikan. Saat berkembang biak, maleo menyimpan telurnya pada pasir yang sudah digali.
Maleo termasuk jenis burung precocial dimana saat embrio (dalam telur) mengalami pertumbuhan pesat. Saat menetas anak langsung keluar mencari makan dan berjalan sendiri tanpa dipelihara induknya. Pengamat burung sering bersabar, menunggu hingga berjam-jam mengintip kejadian burung saat itu. Hal tersebut telah menjadi pengalaman yang menakjubkan bagi mereka, terutama karena perilaku maleo dan bentuk tubuhnya sangat unik. Perilakunya sering menggali tanah di saat musim berbiak, bagian kepalanya menjendul dibelakang, dan kakinya yang besar (megapode). Selain itu, marga maleo termasuk endemik Sulawesi, statusnya terancam punah, dan dilindungi undang-undang Republik Indonesia.
Hutan Lambusango di Pulau Buton Sulawesi Tenggara
Hutan lambusango telah dijadikan tempat ideal bagi para pengamat burung jika ingin melakukan studi lebih terukur khususnya tentang studi populasi. Di Hutan Lambusango telah tersedia 6 buah blok transek sepanjang 4 x 3 Km. Di masing-masing transek para pengamat burung biasanya melakukan studi populasi burung dengan menggunakan titik hitung (point count). Di dalam hutan, sangat sulit untuk melihat burung-burung karena tertutup oleh kanopi pohon yang rapat. Dalam konsisi ini, biasanya para pengamat burung lebih mengutamankan identifikasi burung dengan menggunakan suara. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa jenis burung endemik yang umum dijumpai di Hutan Lambusango relatif banyak, diantaranya : pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense), bubut Sulawesi (Centropus celebensis), pelatuk-kelabu Sulawesi (Mulleripicus fulvus), dsb. Burung-burung tersebut semuanya termasuk burung yang sering bersuara. Berawal dengan membedakan jenis burung tersebut melalui suara, para pengamat pemula bisa melakukan latihan membedakan jenis-jenis burung di Pulau Buton dan sekitarnya melalui suara.
Burung Penemuan Baru di Pulau Buton Sulawesi Tenggara
Kawasan wallacea menurut beberapa ahli merupakan kawasan yang masih sedikit diteliti oleh para ilmuwan. Sampai saat ini masih terbuka bagi para ilmuwan untuk menemukan jenis-jenis atau sub jenis baru. Para pengamat burung akan memperoleh kesempatan berharga, bersama para ilmuwan menemukan beberapa jenis atau sub jenis baru di kawasan ini. Pengalam untuk menemukan hal-hal baru ini tentu akan menjadi sesuatu hal yang istimewa.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun (1995 – 2005), telah ditemukan 1 sub jenis burung baru, anis punggung-merah/ Kabaena Trush (Zoothera erythronota kabaena subsp.nov.). Penemuan ini telah dipublikasikan oleh Dean dkk. (2002) dalam jurnal Forktail 18. Satu lagi penemuan baru adalah ditemukannya kemungkinan sub jenis atau jenis baru burung kacamata di Wangi-wangi. Burung ini memiliki perbedaan signifikan dengan burung kacamata laut atau kacamata Sulawesi yang tercatat dalam buku panduan lapangan Coates dan Bishop (1997). Dalam buku tersebut dideskripsikan bahwa Kacamata laut dan Kacamata Sulawesi yang terdapat di Sulawesi Tenggara paruhnya berwarna hitam. Kacamata yang baru ditemukan di Wangi-wangi ini memiliki paruh berwarna kuning, ukuran paruh dan kepalanya agak besar. Namun demikian, untuk memastikan apakah burung tersebut termasuk jenis atau sub jenis baru perlu studi mendalam. Perlu dilakukan analisis DNA dan menangkap beberapa sampel burung untuk disimpan di museum.
Hutan Lambusango di Pulau Buton Sulawesi Tenggara
Hutan lambusango telah dijadikan tempat ideal bagi para pengamat burung jika ingin melakukan studi lebih terukur khususnya tentang studi populasi. Di Hutan Lambusango telah tersedia 6 buah blok transek sepanjang 4 x 3 Km. Di masing-masing transek para pengamat burung biasanya melakukan studi populasi burung dengan menggunakan titik hitung (point count). Di dalam hutan, sangat sulit untuk melihat burung-burung karena tertutup oleh kanopi pohon yang rapat. Dalam konsisi ini, biasanya para pengamat burung lebih mengutamankan identifikasi burung dengan menggunakan suara. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa jenis burung endemik yang umum dijumpai di Hutan Lambusango relatif banyak, diantaranya : pelanduk Sulawesi (Trichastoma celebense), bubut Sulawesi (Centropus celebensis), pelatuk-kelabu Sulawesi (Mulleripicus fulvus), dsb. Burung-burung tersebut semuanya termasuk burung yang sering bersuara. Berawal dengan membedakan jenis burung tersebut melalui suara, para pengamat pemula bisa melakukan latihan membedakan jenis-jenis burung di Pulau Buton dan sekitarnya melalui suara.
Burung Penemuan Baru di Pulau Buton Sulawesi Tenggara
Kawasan wallacea menurut beberapa ahli merupakan kawasan yang masih sedikit diteliti oleh para ilmuwan. Sampai saat ini masih terbuka bagi para ilmuwan untuk menemukan jenis-jenis atau sub jenis baru. Para pengamat burung akan memperoleh kesempatan berharga, bersama para ilmuwan menemukan beberapa jenis atau sub jenis baru di kawasan ini. Pengalam untuk menemukan hal-hal baru ini tentu akan menjadi sesuatu hal yang istimewa.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun (1995 – 2005), telah ditemukan 1 sub jenis burung baru, anis punggung-merah/ Kabaena Trush (Zoothera erythronota kabaena subsp.nov.). Penemuan ini telah dipublikasikan oleh Dean dkk. (2002) dalam jurnal Forktail 18. Satu lagi penemuan baru adalah ditemukannya kemungkinan sub jenis atau jenis baru burung kacamata di Wangi-wangi. Burung ini memiliki perbedaan signifikan dengan burung kacamata laut atau kacamata Sulawesi yang tercatat dalam buku panduan lapangan Coates dan Bishop (1997). Dalam buku tersebut dideskripsikan bahwa Kacamata laut dan Kacamata Sulawesi yang terdapat di Sulawesi Tenggara paruhnya berwarna hitam. Kacamata yang baru ditemukan di Wangi-wangi ini memiliki paruh berwarna kuning, ukuran paruh dan kepalanya agak besar. Namun demikian, untuk memastikan apakah burung tersebut termasuk jenis atau sub jenis baru perlu studi mendalam. Perlu dilakukan analisis DNA dan menangkap beberapa sampel burung untuk disimpan di museum.
Sumber: Pulau Buton sebagai Surga bagi Para Pengamat Burung Oleh : Henry Ali Singer
Jangan lupa baca juga: Maleo Burung Pengicau yang Dilindungi dari Pulau Buton
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih atas kunjungan Anda, mari saling berbagi informasi, pengalaman, dan ilmu yang bermanfaat demi kesuksesan kita bersama dalam budidaya kroto. Silahkan berkomentar