Wednesday, November 5, 2014

Sejarah dan Asal Usul Semut Rangrang sebagai Serangga Pengendali Hama Tanaman

Sejarah dan Asal Usul Semut Rangrang sebagai Serangga Pengendali Hama Tanaman - Hampir semua orang pernah melihat semut rangrang yang memiliki warna tubuh merah. Semut rangrang telah dikenal di seluruh dunia yang memiliki nama ilmiah Oecophylla smaragdina. Semut rangrang memiliki sifat sangat agresif. Keagresifanya dimanfaatkan untuk mengendalikan hama tanaman.

Selain manfaat di atas, semut rangrang juga dapat menjadi sumber penghasilan yang cukup menjanjikan. Di alam, semut rangrang membangun sarangnya pada daun muda. Jumlah anggota koloni semut rangrang bisa mencapai ratusan bahkan ribuan. Koloni semut rangrang mempunyai daerah kekuasaan tertentu dan terkenal agresif dalam mempertahankan wilayahnya.

Semut Rangrang sangat unik dan berbeda dari jenis semut lainnya. Manusia telah menggunakan jasa mereka dalam perkebunan berabad-abad yang lalu. Tercatat, sekitar tahun 300 Masehi di Canton (China), semut rangrang dimanfaatkan untuk mengusir hama pada tanaman jeruk. Para petani jeruk di sana mengambil sarang-sarang semut rangrang dari hutan, memperjualbelikannya, lalu meletakkannya di pohon-pohon jeruk jenis unggul. Teknik yang sama tetap dilakukan sampai abad ke-12, dan masih diterapkan di selatan China sampai saat ini.

Sejarah dan Asal Usul Semut Rangrang sebagai Serangga Pengendali Hama Tanaman

Contoh lain pemanfaatan semut rangrang dalam mengendalikan hama tanaman adalah pada perkebunan kopi di Lampung, kita dapat menemukan koloni semut ini bersarang di daun-daun kopi. Ternyata, pada tanaman kopi yang ditempati sarang ini lebih baik keadaannya daripada tanaman yang tidak ditempati semut rangrang.

Seorang ahli serangga Ghana telah menggunakan jenis semut rangrang Afrika (Oecophylla longinoda) untuk mengendalikan hama tanaman cokelat. Keberadaan semut rangrang ternyata mampu mengurangi dua macam penyakit serius yang disebabkan oleh virus dan jamur, yaitu dengan jalan menyerang dan membunuh kutu daun yang menjadi penyebar penyakit ini. Kutu daun sangat merugikan, karena menghisap cairan tanaman sekaligus memakan jaringannya. Cara pengendalian hama seperti ini kita kenal sebagai “biological control” dan ini merupakan contoh tertua dalam sejarah pertanian.

Selain di Ghana, Thailand juga banyak memanfaatkan semut rangrang yang bisa dibaca pada:
Jika di Thailand Bisa Mengapa Indonesia Tidak?
 
Semut rangrang mempunyai perilaku yang kuat, yaitu pemberani. Semut rangrang dikenal berani menyerang organisme lain yang mengganggu meskipun ukuran tubuhnya 100 kali lebih besar dari mereka. Sebagai biokontrol ternyata sudah dilakukan pula oleh sebagian penduduk Indonesia, meskipun tidak besar-besaran. Misalnya jika pohon jambu atau pohon mangga di pekarangan terserang hama, mereka akan memindahkan sarang semut-semut rangrang ke pohon tersebut.

Masih banyak manfaat yang bisa kita ambil dari semut rangrang. Sifatnya yang sangat peka terhadap perubahan cuaca, telah digunakan oleh manusia sebagai indikator keadaan udara di suatu lingkungan. Semut rangrang menyukai lingkungan yang berudara bersih.

Semut rangrang tidak suka dengan adanya asap, seperti misalnya asap pabrik, asap kendaraan bermotor, dan asap pembakaran sampah. Oleh karena itu di kota-kota besar semakin sulit menemukan sarang semut rangrang di pepohonan.

Mengenal Kehidupan serangga yang berjasa ini memang cukup mengesankan. Serangga sosial ini membuat sarang di kanopi hutan-hutan tropis sampai kebun-kebun kopi maupun cokelat. Semut rangrang membentuk koloni yang anggotanya bisa mencapai 500.000 ekor, terdiri atas ratu yang sangat besar, anak-anak, dan para pekerja merangkap prajurit. Semuanya betina, kecuali beberapa semut jantan yang berperan kecil dalam kehidupan koloni. Semut-semut jantan itu segera pergi jika telah dewasa untuk melangsungkan perkawinan dengan terbang mencari mengawini ratu semut rangrang, lalu mereka tidak kembali lagi ke sarangnya.

Di antara anggota koloni, yang paling giat adalah kelompok pekerja. Mereka rajin mencari makan, membangun sarang, dan gigih melindungi wilayah mereka siang dan malam hari. Hampir setiap menit, salah satu pekerja memuntahkan makanan cair ke dalam mulut ratu. Mereka menyuapi ratu dengan makanan yang telah dilunakkan sehingga memungkinkan sang ratu menghasilkan ratusan telur per hari.

Jika ratu telah bertelur, para pekerja akan memindahkan telur-telur itu ke tempat yang terlindung, membersihkannya, dan memberi makan larva-larva halus jika telah menetas.

Semut Rangrang dikenal pula sebagai senyum penganyam, karena cara mereka membuat sarang seperti orang membuat anyaman. Sarang mereka terbuat dari beberapa helai daun yang dilekukkan dan dikaitkan bersama-sama membentuk ruang-ruang yang rumit dan menyerupai kemah. Dedaunan itu mereka tarik ke suatu arah, lalu dihubungkan dengan benang-benang halus yang diambil dari larva mereka sendiri.

Para pekerja bergerak bolak-balik dari satu daun ke daun lain membentuk anyaman. Hewan asing yang mencoba menyusup ke daerah sarang, akan mereka halau dengan sengatan asam format yang keluar dari kelenjar racun mereka. Kalau semut jenis lain sengaja membiarkan bahkan memelihara kutu daun hidup dalam wilayah kekuasaan mereka, maka semut rangrang justru sebaliknya. Mereka berusaha mati-matian menyingkirkan serangga lain yang hidup pada pohon tempat sarang mereka berada.

Oleh karena itu, jika kita membedah sarang mereka seringkali kita menemukan bangkai kumbang atau serangga lain yang lebih besar dari semut ini. Itulah keistimewaan yang dimiliki semut Rangrang sehingga membuat mereka memegang arti penting dalam pengendalian hama secara alami. Cukup sederhana, namun tidak berisiko terhadap lingkungan seperti halnya jika kita menggunakan insektisida kimia.

Jangan lupa baca juga:
Mana Saja Daerah Penghasil Kroto di Indonesia?

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan Anda, mari saling berbagi informasi, pengalaman, dan ilmu yang bermanfaat demi kesuksesan kita bersama dalam budidaya kroto. Silahkan berkomentar