Saturday, January 3, 2015

Menengok Kembali Budidaya Kroto Secara Tradisional

budidayakrotos.blogspot.com - Menengok Kembali Budidaya Kroto Secara Tradisional - Teknik budidaya kroto bermacam-macam dan setiap orang berbeda-beda. Mereka memiliki trik dan tips sendiri-sendiri, kebanyakan tipsnya adalah hasil temuan sendiri.

Awalnya kroto diambil langsung dari alam. Semut rangrang berkembang biak sendiri tanpa adanya campur tangan manusia. Manusia hanya berperan sebagai pemanen saja, jika sarang pohon tersebut masih produksi, maka akan diambil krotonya, jika sudah tidak produksi alias sudah ditinggal penghuninya, maka manusia akan mencari sarang lainnya.

Seiring berjalannya waktu, manusia semakin menyadari pentingnya keberadaan semut rangrang di alam sebagai penjaga tanaman buah dari serangan hama. Mulai saat itu, sarang semut rangrang dipindahkan ke perkebunan mereka. Biasanya kebun jeruk, jambu, mangga, dan kakao. Sarang dari alam liar diambil kemudian ditempatkan pada perkebunan mereka.

Menengok Kembali Budidaya Kroto Secara Tradisional

Mereka berharap, keberadaan semut rangrang pada tanaman buah mereka memiliki fungsi ganda, yaitu:
  1. Fungsi utama sebagai penjaga tanaman buah dari serangan hama ulat, kutu, kepik, dan lalat buah.
  2. Fungsi tambahan adalah bisa dipanen krotonya untuk pakan burung maupun untuk dijual sebagai pakan burung ocehan di pasar.
Alih Fungsi

Semakin maraknya burung ocehan sebagai hobi, semakin banyak pula para hobiis baru yang bermunculan, sehingga memicu meningkatnya permintaan kroto sebagai pakan burung, sehingga fungsi semut rangrang di alam berubah, dari penjaga tanaman buah menjadi pakan burung.

Dari beralih fungsinya tersebut, maka beralih pula cara pemeliharaan semut rangrang. Para petani mulai berpikir bagaimana caranya agar pemanenan kroto bisa dilakukan dengan mudah dan tidak tergantung alam.
 
Namun akibat dari alih fungsi semut rangrang menjadi penghasil kroto sebagai pakan burung, keseimbangan alam mulai rusak. Fungsi semut rangrang sebagai predator alami mulai hilang. Akibatnya banyak tanaman buah terserang hama.

Menengok Kembali Budidaya Kroto Secara Tradisional
 
Disadari bahwa pemeliharaan semut rangrang di alam banyak kendalanya, yaitu:
  1. Kroto yang dipanen tidak bisa diperkirakan.
  2. Panen kroto sangat tergantung pada kondisi alam.
  3. Faktor musim juga sangat menentukan panen kroto.
  4. Cara panen dengan menggunakan alat tradisional berupa galah dapat merusak sarang.
  5. Semut rangrang yang merasa tidak nyaman pada pohon tersebut karena diambil krotonya, maka akan pindah dan membuat sarang pada pohon lainnya yang lebih tinggi.
Ya memang ada juga sih keuntungannya dengan memelihara semut rangrang di alam, yaitu:
  1. Tanpa memberi pakan dan merawat, kita bisa panen kroto.
  2. Tanpa menyediakan tempat, semut rangrang sudah bisa bersarang sendiri.
  3. Bisa mencari sarang sebanyak-banyaknya di alam.
Karena banyak kelemahannya dari pada keuntungannya, maka cara pemeliharaan kroto di alam sudah tidak efektif lagi. Banyak para pencari kroto yang mulai melakukan uji coba memelihara kroto menggunakan berbagai cara. Salah satunya adalah budidaya kroto menggunakan sarang buatan yang dilakukan di rumah.

Demikian Menengok Kembali Budidaya Kroto Secara Tradisional, semoga bermanfaat. Selanjutnya jangan lupa baca juga Benarkah Cara Budidaya Kroto Sudah Dilakukan Penelitian?

Selamat mencoba, semoga sukses.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih atas kunjungan Anda, mari saling berbagi informasi, pengalaman, dan ilmu yang bermanfaat demi kesuksesan kita bersama dalam budidaya kroto. Silahkan berkomentar